JATIMTIMES - Di balik nama Warung Bahagia yang belakangan ramai diperbincangkan, ada sosok muda yang penuh tekad dan senyum manis bernama Ayu Lestari atau yang akrab disapa Bulan Shining. Perantau asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara berusia 24 tahun ini menjadi sorotan bukan hanya karena keberhasilannya membangun bisnis kuliner di usia muda, tetapi juga karena ciri khasnya yang kerap tampil anggun memakai kebaya saat melayani pelanggan.
Bulan datang ke Malang sekitar dua tahun lalu, mengikuti sepupunya yang kuliah di kota ini. Niat awalnya sederhana, mencari pengalaman dan menjajal hidup di luar kampung halaman.
Baca Juga : BPJS Kesehatan Gandeng Enam Negara, Perkuat Anti-Kecurangan JKN dalam INAHAFF
“Ya awalnya ikut ingin cari pengalaman dan peluang di dunia bisnis. Apalagi kalau di kampung halaman itu panas, beda sama di Malang hawa lebih dingin, jadi lebih enak,” kata Bulan, Kamis (11/12/2025).
Lulusan manajemen keuangan dari sebuah kampus swasta di Makassar itu tak menyangka perantauannya justru mengantarkannya pada dunia kuliner, dunia yang sama sekali belum pernah ia rencanakan sebelumnya. Melihat peluang bisnis kuliner yang tinggi membuatnya tertarik menghadirkan sajian yang berbeda.
Dorongan untuk membuka usaha datang dari partner-nya yang melihat potensi pada diri Bulan. Ia pun memulai usaha kecil, belajar manajemen operasional hingga pemasaran dari mentor dan tim partner-nya.
Meski belum genap setahun berjalan, perjalanan Warung Bahagia bisa dibilang cukup mengesankan. Cabang pertama dibuka pada Mei, sedangkan cabang kedua menyusul beberapa bulan kemudian.
Menu andalan Warung Bahagia pun mencuri perhatian, yakni nasi daun jeruk, bebek blondo dan ayam blondo, ditambah sajian unik lain seperti cumi hitam hingga bandeng presto. Salah satu favorit adalah menu baru nasi jeruk juga mulai digemari.
Siapa sangka dibalik wajah cantiknya itu, resep menu tersebut dibuat dari tangan Bulan. Sebagian resep tersebut merupakan warisan keluarga yang sudah disimpan sejak 15 tahun lalu, mengalir dari sang nenek yang memiliki buku resep turun-temurun.
“Kebetulan juga suka masak sendiri. Kemudian dikembangkan juga, apalagi di sini (Malang) belum banyak juga menu nasi daun jeruk ini,” tambah Bulan saat ditemui JatimTIMES.
Baca Juga : Aqabah: Pertemuan Sunyi yang Menyatukan Aus dan Khazraj
Meski sempat menghadapi banyak tantangan terutama komplain soal lamanya waktu penyajian saat awal buka, Bulan tidak menyerah. Perlahan, usaha itu naik daun di media sosial.
Bahkan salah satu unggahan bisa menembus lebih dari satu juta tayangan, membuat Warung Bahagia semakin dikenal dan membuka peluang endorse untuk dirinya. Yang membuat Bulan kian menonjol adalah penampilannya.
Ya saat datang melayani pelanggan, Bulan tak bisa lepas dari kebaya. Gaya tersebut bukan sekadar fashion, tetapi cara Bulan menampilkan jati diri dan menebarkan kesan hangat, sopan, sekaligus anggun.
Banyak pelanggan mengaku justru merasa bahagia hanya dengan melihat keramahan dan penampilannya. Hal ini sejalan dengan nama warung yang ia pilih sebagai doa. “Kalau ada yang bilang makanannya enak atau pelayanannya ramah, itu sudah bikin aku bahagia banget,” ujar Bulan.
Bagi Bulan, merintis bisnis kuliner adalah perjalanan penuh peluh dan keberanian. Ia pun berharap usahanya ini terus berkembang. Serta menjadi tempat bagi warga Kota Malang mencari nafkah, hingga saat ini Bulan sudah memperkerjakan kurang lebih 30 pegawai dari dua cabang yang ada di Kota Malang.
