JATIMTIMES - Sebanyak 163 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) seluruh Indonesia di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (16/10/2025). Dalam suasana penuh semangat, para pimpinan kampus itu membicarakan satu hal besar: bagaimana memperkuat kolaborasi dan inovasi pendidikan tinggi untuk kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Forum Rektor PTMA 2025 ini tak sekadar agenda rutin. Ia adalah ruang strategis yang menjadi “urat nadi” sinergi antarkampus Muhammadiyah, di bawah naungan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Forum ini berperan sebagai lembaga pendukung yang menumbuhkan kerja sama riset, pemberdayaan masyarakat, hingga penguatan jejaring akademik lintas wilayah.
Baca Juga : MTsN 2 Kota Malang Gali Inspirasi Pembinaan Olimpiade dari MAN 2 Kota Malang
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., menegaskan pentingnya kemitraan lintas lembaga tanpa sekat. Dalam pandangannya, masa depan bangsa tidak bisa dibangun sendirian oleh institusi tertentu. Negeri maupun swasta, semuanya memiliki tanggung jawab moral dan strategis yang sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Kalau kita ingin Indonesia Emas, semua lembaga pendidikan harus mengkapitalisasi seluruh potensinya. Itu hanya mungkin jika kita bekerja sama. Tidak boleh ada sekat antara negeri dan swasta. Regulasi bisa berbeda, tapi tanggung jawabnya satu: mencetak generasi unggul bagi bangsa,” tegas Haedar.
Ia mengingatkan, tantangan pendidikan di era global semakin kompleks. Persaingan antarnegara makin ketat, sementara di dalam negeri masih banyak problem sosial yang menuntut solusi berbasis ilmu dan moral. Karena itu, kemitraan strategis antarperguruan tinggi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
UMM, yang menjadi tuan rumah forum tahun ini, mendapat apresiasi khusus dari PP Muhammadiyah. Kampus ini dinilai konsisten menjadi motor penggerak kemajuan PTMA dengan tradisi akademik yang kuat dan deretan prestasi nasional hingga internasional.
“UMM selalu berada di garis depan. Selama tiga dekade, kampus ini menjadi pusat kegiatan persyarikatan dan inspirasi bagi perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya,” ujar Haedar dalam sambutannya.
Baca Juga : Masih Dibuka! Pendaftaran KIP Kuliah PTS 2025 hingga 31 Oktober, Cek Syarat dan Besar Bantuan di Sini!
Namun, Haedar menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti di capaian akademik semata. Kecerdasan intelektual, menurutnya, harus berjalan beriringan dengan karakter dan moral. “Pendidikan bukan hanya tentang kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga tentang membentuk karakter bangsa. Karakter yang berpijak pada nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan Indonesia,” ujarnya.
Dalam pandangan Haedar, kemajuan bangsa tanpa karakter hanya akan melahirkan generasi cerdas tapi rapuh. Karena itu, keseimbangan antara aspek intelektual dan moral menjadi fondasi penting. Ia menutup dengan seruan yang reflektif: “Bangsa ini kuat karena gotong royong. Kita hidup berbarengan, saling menopang. Dari situlah kekuatan kita lahir, karena bersatu, kita menjadi tangguh.”
Forum Rektor PTMA 2025 di Malang pun menjadi simbol kesadaran baru: bahwa masa depan pendidikan Muhammadiyah bukan hanya soal kemajuan kampus, tetapi tentang membangun peradaban bangsa yang berilmu, berakhlak, dan berdaya. Dari Malang, gema kolaborasi itu bergulir menuju Indonesia Emas yang dicita-citakan bersama.